Senin, 16 Mei 2011

PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru merupakan tenaga profesional sehingga guru tidak disamakan dengan seorang tukang. Seorang tukang cukup mengikuti petunjuk yang terdapat dalam buku petunjuk. Sementara seorang guru peranannya sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasar pada kerangka acuan pendakatan manajemen kelas.
Mengelola kelas dalam proses pemecahan masalah bukan terletak pada banyaknya macam kepemimpinan dan kontrol, tetapi terletak pada ketrampilan memberikan fasilitas yang berbeda-beda untuk setiap peserta didik. Pemecahan masalah merupakan proses penyelesaian yang beragam, ini tergantung pada sumber permasalahan.
Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan macam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, meskipun tidak semua pendekatan yang dipahami dan dimilikinya dipergunakan bersamaan atau sekailgus. Dalam hal ini , guru dituntut untuk terampil memilih atau bahkan memadukan pendekatan yang menyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapi.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka dalam makalah ini akan dibahas mengenai beberapa pendekatan dalam manajemen kelas yaitu : Pendekatan Iklim Sosio – Emosional, Pendekatan Proses Kelompok, Pendekatan Eklektik, Pendekatan Analitik Pluralistik.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Iklim Sosio – Emosional?
2. Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Proses Kelompok?
3. Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Eklektik?
4. Apakah yang dimaksud dengan Pendekatan Analitik Pluralistik?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Iklim Sosio – Emosional
Pendekatan iklim sosio – emosional dalam manajemen kelas berakar pada psikologis penyuluhan klinis. Pendekatan ini dibangun atas dasar asumsi bahwa manajemen kelas yang efektif sangat tergantung kepada hubungan yang positif antara guru dan peserta didik. Dalam manajemen kelas guru bertugas membangun hubungan antar pribadi yang positif sehingga tercipta iklim sosio – emosional yang positif pula.
Menurut Rogers, kelancaran proses belajar yang penting sangat tergantung kepada kualitas sikap yang terdapat dalam hubungan pribadi antara guru dan peserta didik. Rogers mengidentifikasi beberapa sikap, yaitu ketulusan, keserasian, sikap menerima, menghargai, menaruh perhatian, mempercayai, dan pengertian empatik. Sedangkan Ginott (1972) menekankan pentingnya komunikasi yang efektif untuk meningkatkan hubungan yang baik antara guru dan siswa dengan cara berbicara sesuai dengan situsi. Apabila ada perilaku siswa yang tidak dikehendaki, guru dinasehati agar menerangkan apa yang dilihatnya, menjelaskan apa yang dirasakannya dan menerangkan apa yang perlu dilakukan. Menurut Glasser (1969), menekankan pentingnya keterlibatan guru dengan menggunakan strategi manajemen yang disebut terapi kenyataan. Perilaku siswa yang menyimpang adalah buah kegagalannya mengembangkan keberadaan dirinya. Glasser mengemukakan 8 langkah untuk membantu mengubah perilaku menyimpang peserta didik, yaitu:
1. Melibatkan dirinya dengan siswanya dengan menunjukkan kesediannya membantu siswa, memecahkan masalah.
2. Memberikan uraian tentang perilaku siswa.
3. Membantu siswa membuat pendapat tentang perilakunnya yang menjadi masalah.
4. Membantu siswa merencanakan tindakan yang lebih baik.
5. Membimbing siswa.
6. Mendorong siswa untuk melaksanakan rencananya.
7. Tidak menerima pernyataan maaf siswa apabila rencana siswa gagal.
8. Memberikan kesempatan kepada siswa merasakan akibat wajar dari perilakunya yang menyimpang.
Sementara itu, Dreikurs (1982) mengemukakan gagasan – gagasan penting yang mempunyai implikasi bagi manajemen kelas yang efektif, yaitu:
1. Penekanan pada kelas yang demokratis dengan kondisi siswa dan guru berbagi tanggung jawab, baik dalam proses maupun dalam langkah maju.
2. Pengakuan akan pengaruh konsekuensi wajar dan logis dari perilaku siswa.

B. Pendekatan Proses Kelompok
Pendekatan proses kelompok didasarkan pada asumsi – asumsi berikut:
1. Kehidupan sekolah berlangsung dalam lingkungan kelompok, yakni kelompok kelas.
2. Tugas pokok guru adalah menciptakan dan membina kelompok kelas yang efektif dan produktif.
3. Kelompok kelas adalah suatu system social yang mengandung ciri – ciri yang terdapat pada semua system social.
4. Pengelolaan siswa oleh guru adalah menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang menunjang terciptanya suasana belajar yang menguntungkan.
Schmuck dan Schmuck dalam Weber (1986) mengemukakan 6 ciri pendekatan proses kelompok, yaitu:
1. Harapan adalah persepsi yang dimiliki oleh guru dan siswa mengenai hubungan mereka satu sama lain.
2. Kepemimpinan dapat diartikan sebagai perilaku yang membantu kelompok bergerak menuju pencapian tujuannya serta memelihara dan / atau meningkatkan kepaduan.
3. Daya tarik menunjuk pada pola – pola persahabatan dalam kelompok kelas.
4. Norma adalah pengharapan bersama mengenai cara berfikir, cara berperasaan, dan cara berperilaku para anggota kelompok. Norma sangat mempengaruhi hubungan antar pribadi karena norma tersebut memberikan pedoman yang membantu para anggota memahami orang lain.
5. Komunikasi, baik verbal maupun non – verbal adalah dialog antara anggota – anggota kelompok, komunikasi yang efektif berarti menerima pesan dan menafsirkan dengan tepat pesan yang disampaikan oleh pengirim pesan.
6. Keterpaduan menyangkut perasaan kolektif yang dimiliki oleh para anggota kelas mengenai kelompok kelasnya. Keterpaduan menekankan hubungan individu dengan kelompok sebagai suatu keseluruhan.

C. Pendekatan Eklektik
Wilford A. Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagai pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna, yang secara filosofis, teoritis, dan / psikologis dinilai benar, yang bagi guru merupakan sumber pemilihan. Perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai dengan situasi disebut pendekatan eklektik.
Hal yang perlu dikuasai oleh seorang guru dalam menerapkan pendekatan eklektik yaitu:
1. Menguasai pendekatan manajemen kelas yang potensial, seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio – emosional, dan proses kelompok.
2. Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai baik dalam masalah manajemen kelas.

D. Pendekatan Analitik Pluralistik
Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas atau gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan yang mempunyai potensi terbesar mampu menanggulangi masalah manajemen kelas dalam situasi yang telah dianalisis.
Beberapa 4 tahap pendekatan analitik pluralistic:
1. Menentukan kondisi kelas yang diinginkan
Dalam hal ini, guru perlu mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi – kondisi yang menurut penilaianya akan memungkinkan mengajar secara efektif.
Keuntungan dari pendekatan ini adalah:
a. Guru tidak memandang kelas semata – mata hanya sebagai reaksi atas masalah yang timbul.
b. Guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan dan yang menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya.


2. Menganalisis kondisi kelas yang nyata
Dengan mengadakan analisis ini, akan memungkinkan guru mengetahui:
a. Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan.
b. Kesenjangan yang timbul jika guru gagal mengambil tindakan pencegahan.
c. Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena dianggap kurang baik.
3. Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan
Guru yang efektif adalah guru yang menguasai berbagai strategi manajerial yang tergantung dalam berbagai pendekatan manajemen kelas dan mampu memilih dan menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang dianalisis sebelumnya.
4. Menilai keefektifan pengelolaan
Proses penilaian ini memusatkan perhatian kepada 2 perangkat perilaku, yaitu:
a. Perilaku guru yaitu sejauh mana guru telah menggunakan perilaku manajemen yang direncanakan akan dan dilakukan.
b. Perilaku peserta didik yaitu sejauh mana peserta didik berperilaku yang sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa – apa yang diharapkan untuk dilakukan.

BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Seorang guru adalah tenaga profesional yang berperan sebagai pengelola aktivitas yang harus bekerja berdasarkan pada kerangka acuan pendekatan manajemen kelas.
Guru harus memiliki, memahami dan terampil dalam menggunakan bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas supaya bisa menyesuaikan sehingga dapat mengangani kasus manajemen kelas yang tepat dengan masalah yang dihadapinya.
Dalam pendekatan iklim sosio emosional, tugas pokok seorang guru adalah membangun hubungan antar pribadi yang positif dan meningkatkan iklim sosio emosional yang positif pula. Pendekatan penciptaan iklim sosio emosional dipergunakan apabila sasaran tindakan manajemen kelas adalah peningkatan hubungan antar pribadi dan peserta didik. Sedang pendekatan proses kelompok dianut bila seorang guru ingin kelompoknya melakukan kegiatan secara produktif. Kemampuan guru memilih strategi manajemen kelas yang tepat sangat tergantung pada kemampuannya menganalisis masalah manajemen kelas yang dihadapinya.
B. SARAN
Guru harus bisa menguasai semua pendekatan walaupun tidak semuanya digunakan secara bersama-sama tetapi ketika menghadapi suatu masalah maka dapat digunakan pendekatan yang sesuai dengan masalahnya.




DAFTAR PUSTAKA
Rachman, maman.1997. Manajemen kelas. Semarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.

Ekosiswoyo, Rusdi dan maman Rachman. 2000. Manajemen Kelas. Semarang : IKIP Semarang Press.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar